::bercinta sampai syurga::

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers Ops...minus 1 year =)

::our little sweetheart::

Lilypie - Personal pictureLilypie First Birthday tickers

Sunday, October 26, 2008

::Buat Diri Yang Punyai Hati dan Akal::


—–Wahai Puteriku —- يا ابنتي
Oleh: Ali Ath-Thanthawi


Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.


Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarlan nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.


Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.


Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.


Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.


Demi Allah … dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.


Demi Allah … begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.


Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!


Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.


Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.


Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.


Tak ada seorangpun yang mau menikahi pelacur, sekalipun ia lelaki hidung belang, apabila akan menikah tidak akan memilih wanita jalang (nakal), akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik karena ia tidak rela bila ibu rumah tangga dan ibu putera-puterinya adalah seorang wanita bermoral.


Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.


Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertaqwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?


Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu? Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?


Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut di dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.


Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi kepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.


Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju kejelekan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.


Mereka yang menggembor-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab :


Pertama : karena itu semua mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, modernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna bagaikan gendang.


Kedua : mereka bohong oleh karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin dan New york. Sekalipun berupa dansa, porno, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai (atau di kolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa kehormatan, kemuliaan,, kesucian dan petunjuk. Kata mereka, pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual, untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan bebas di sekolah-sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?


Saya tidak berbicara dengan para pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian, putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.


Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi, modernisme, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak peduli dengan kalian selain untuk pemuas kelezatan sementara. Sedangkan saya adalah seorang ayah dari empat gadis. Bila saya membela kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.


Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan salain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat diketemukan kembali.


Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis, apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkan, persisnya seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.


Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini jangan percaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.
(wallahul musta’an).


Disarikan dari buku : “Wahai Putriku” Ali Thanthawi


Thursday, October 23, 2008

::Air Mata Keinsafan::

Buat semua, Buat Sahabat-sahabat, Buat Sabil_family, Buat adik2 n teman2 usrah, Buat Diri...

Air Mata Keinsafan
Kenapakah begitu susah untuk aku mengubah diri ini
Agar menjadi insan berguna pada mata Ilahi?
Kenapa begitu sukar diri ini untuk menerima segala kebenaran yang diajarkan padaku?
Begitu hitamkah hati ku ini?
Begitu menggunungkah dosa diri ini?
Layakkah aku untuk meminta ampunanMu ya Allah?
Masih adakah ruang untuk hidayahMu bertapak dalam ruangan hati hitam ini ya Allah?
Kenapa begitu susah diri ini untuk mengalirkan air mata apabila disebut nama yang Maha Esa…?
Kenapa begitu berat air mata ini untuk mengalir mendengar nama Rasulullah s.a.w?
kenapa begitu jauh diri ini jika dibanding dengan para pejuang Islam yg lain?
Aku jua muslim yang sama-sama ingin melihat kebangkitan Islam….
Aku jua muslim yang bersama-sama melawan arus jahiliyah..

Tapi diri ini tetap ku rasakan masih sungguh jauh untuk menghampiri gerbang syurga-Mu ya Allah……
Tapi aku tidak sanggup dengan siksaan api neraka-Mu...

Ya Allah……Hinanya diri ku ini
Ya Allah…Kotornya diri ku ini
Ya Allah…Jijiknya diri ku ini
Ya Allah…Berilah hidayah padaku
Ya Allah…Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat…
Pimpinlah aku dalam setiap detik perbuatanku…
Aku tidak sanggup jika Kau berpaling dari memandang diri ini…
Tidak sanggup ya Allah….
Segala-galanya aku berserah pada Mu…
Aku tidak apat membayangkan diriku tanpa pimpinan-Mu ya Allah…
Aku tidak sanggup menjadi sehina-hina manusia pada pandangan-Mu…

Astaghfirullahalazim…
Ampunilah aku dalam setiap kejahilan dan kelekaanku….
Hanya pada Engkau aku bergantung dan mengharap segala-galanya….
Air mata membasahi pipi….
Adakah ini air mata keinsafan???

Ini adalah air mata kehinaan yang melanda diri ini…
Diri ini sedih dengan apa yg telah hambaMu ini lakukan….
Aku ingin meminta sesuatu dari Mu..
Tapi aku sungguh malu padaMu ya Allah..

Aku teringat perjuangan Hassan Al-Banna..
Aku sangat mengagumi perjuangan beliau…
Aku mengagumi perjuangan Syed Qutub…T
api ya Allah…aku malu ya Allah untuk menyatakannya…
Masih layakkah diri ini menyebut nama Hassan Al-Banna? Nama syed Qutub?
Masih tersisakah pejuang sepertinya untuk diri ini….
Malunya aku ya Allah dengan permintaan ini...
Aku tidak layak memikirkan tentangnya..

Wanita seperti manakah yang Kau pilihkan untuk mereka…?
Wanita yang bagaimanakah yang telah Kau pilih untuk melahirkan mereka?
Semestinya seperti Zainab Al-Ghazali dan mereka yang seangkatan dengan beliau…
Aku ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka.
Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah.
Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita.
Aku ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid seperti Hassan Al-Banna.
Masih tersisakah mujahid seperti Al-Banna untukku ya Allah…?
Layakkah diri ini untuk menjadi peniup semangatnya?
Aku sungguh malu menyatakannya ya Allah…

Sungguh hina diri ini…sungguh kotor diri ini…
Sungguh lemah diri ini untuk mujahid seperti mereka…
Air mata ini jika dialirkan hingga titisan terakhir,namun ia masih tidak mencukupi untuk menyatakan rasa bersalah dengan dosa-dosa diri ini yang menggunung tinggi...
Ya Allah…..Pimpinlah daku…
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat cuma

Aku tidak sanggup dibiarkan dlm lumpur dosa2 hina….
Ampunilah aku ya Allah….
Astaghfirullahalazim…
Astaghfirullahalazim…
Astaghfirullahalazim…

Air Mata Keinsafan
www.iLuvislam.com
editor: kasihsayang

Monday, October 20, 2008

tolong sampaikan pada SIDIA...

Tak tahu kenapa, rase nak paste artikel ni dari blog seorang kawan.

Tolong sampaikan pada si dia…
Tolong beritahu si dia, aku ada pesanan buatnya..
Tolong beritahu si dia, cinta agung adalah cintaNya..
Tolong beritahu si dia, cinta manusia bakal membuatnya alpa..

Tolong nasihati sia dia, jangan menyintaiku lebih dari dia menyintai Yang Maha Esa..
Tolong nasihati si dia, jangan mengingatiku lebih dari dia mengingati Yang Maha Kuasa..
Tolong nasihati si dia, jangan mendoakanku lebih dari dia mendoakan ibu bapanya..

Tolong katakan pada si dia, dahulukan Allah kerana di situ ada syurga..
Tolong katakan pada si dia, dahulukan ibu bapanya kerana di telapak itu syurganya..

Tolong ingatkan si dia, aku terpikat kerana imannya bukan rupa..
Tolong ingatkan si dia, aku lebih cintakan zuhudnya bukan harta..
Tolong ingatkan si dia, aku kasihinya kerana santunnya..

Tolong tegur si dia, bila dia mula mengagungkan cinta manusia..
Tolong tegur si dia, bila dia tenggelam dalam angan-angannya..
Tolong tegur si dia, andai nafsu mengawal fikirannya..

Tolong sedarkan si dia, aku milik Yang Maha Esa..
Tolong sedarkan si dia, aku masih milik keluarga..
Tolong sedarkan si dia, tanggungjawabku besar kepada keluarga..

Tolong sabarkan si dia, usah ucap cinta di kala cita-cita belum terlaksana..
Tolong sabarkan si dia, andai diri ini enggan dirapati kerana menjaga batasan cinta..
Tolong sabarkan si dia, bila jarak mejadi penyebab bertambah rindunya..

Tolong pesan padanya, aku tidak mahu menjadi fitnah besar kepadanya..
Tolong pesan padanya, aku tak mahu menjadi punca kegagalannya..
Tolong pesan padanya, aku membiarkan Yang Esa menjaga dirinya..

Tolong khabarkan pada si dia, aku tidak mahu melekakan dia..
Tolong khabarkan pada si dia, aku mahu dia berjaya dalam impian dan cita-citanya..
Tolong khabarkan pada si dia, jadilah penyokong dalam kejayaanku..

Tolong sampaikan pada si dia, aku mendambakan cinta suci yang terjaga..
Tolong sampaikan pada si dia, cinta kerana Allah tidak ternilai harganya..
Tolong sampaikan pada si dia, hubungan ini terjaga selagi dia menjaga hubungan dengan Yang Maha Kuasa..
Tolong sampaikan kepada si dia kerana aku tidak mampu memberitahunya sendiri...

Hanya engkau Ya Allah mengetahui siapa si dia..
Moga pesananku sampai padanya walau aku sendiri tidak mengetahui siapa dan dimana si dia..
Moga dia sekuntum mawar yang sentiasa memuji keagungan Yang Maha Kuasa serta penuh terjaga mengikut perintah Tuhannya..
Simpanlah pesanan ku ini sehingga engkau bertemu diriku suatu hari nanti...

P/s - macam tak lame je lagi hoho.

Saturday, October 11, 2008

::Aidilfirti 2008::

"Din, Bila Kau Nak Balik Beraya Dengan Mak?

"www.iLuvislam.comoleh: Alang*

"Din, bila kau nak balik Malaysia ni? Mak dah lama benar tak nampak kau dalam rumah ni"."Din tak dapat cutilah mak tahun ni. Tengoklah, Din cuba usahakan balik hujung tahun ni, ya mak?", jawabnya lemah.

Dia mengeluh sekejap.

"Dah 3 tahun kau tak sambut raya kat rumah ni. Mak teringin nak kau ada kat sini waktu raya nanti. Mak bukan apa Din, mak sunyi kat sini," kata ibunya. Tersekat-sekat suaranya seolah menahan sebak di dada. "Sejak ayah kau dah tak ada, dah tak ada sapa-sapa lagi di rumah ni. Along selalu sibuk, tak habis-habis dengan kerjanya. Nak harap Angah datang bertandang ke sini, jauh sekali. Asyik dengan bininya saja. Tahun ni belum tentu lagi balik beraya di sini. Selalu sangat beraya di kampung bini dia. Si Hana jauh di UK sana belajar. Siapa lagi yang nak temankan mak ni Din".

"Mak, kalau Din boleh balik, memang Din balik rumah beraya tahun ni dengan mak. Tapi Din kerja jauh mak. Rezeki Din ada kat sini. Mak, Din janji dengan mak, Din minta cuti sebulan hujung tahun ni. Din balik M'sia dan duduk dengan mak untuk sebulan. Ya mak?".

Itu saja yang mampu dia katakan pada ibunya.Hari ini tinggal lagi seminggu untuk umat Islam menyambut Aidilfitri. Din masih lagi sibuk dengan tugasannya di pejabat. Kadang-kadang dia habiskan seharian suntuk di pejabat. Bidang tugasnya sebagai jurutera ternyata menghalang dia untuk bersenang-senangan seperti kawan-kawannya yang lain. Kebetulan dia telah pun ditugaskan untuk mengurusi satu projek baru. Lelah dirinya apabila terlalu banyak perkara yang perlu dia bereskan.

"Hello Along, assalamualaikum"."Hello...haa..apa citer kau telefon ni? Kau balik tak raya ni, Lang?".

"Insya Allah balik. Tapi kau jangan cerita pada mak pulak pasal ni. Saja aku nak buat surprise kat mak," balas Din."Kau jangan Lang. Mak tu bukannya sihat sangat sejak dua menjak ni. Karang kau tiba-tiba tercegat depan pintu rumah tu, mati terkejut mak nanti!".

"Aishh, ada ke situ pulak. Nak sangat ke mak mati?!", Din meninggikan suaranya sedikit.

"Idak ler, tapi sekurang-kurangnya kau bagi tahu pada mak dulu. Jangan nak buat terkejut-terkejut ni. Kau pun tahu perangai mak, bukannya suka sangat terkejut ni," jelas Along.

"Haa, iya lah..iya lah. Eh, mak ada tak? Aku nak cakap dengan mak kejap"."Haa, kau tunggu kejap. Aku panggil mak," balas Along lagi.

"Hello Din, ni mak ni". Sedikit-sedikit terdengar di cuping telinga Din suara ibunya serak.

"Mak, mak apa khabar?".

"Mak sihat ni. Batuk sikit-sikit. Agaknya badan mak sejuk gamaknya. Eh, ni apa cerita telefon rumah rajin sangat ni? Selalu telefon sebulan sekali ajer," soal ibunya.

"Saja ajer mak. Hari ni Din kurang busy sikit. Kebetulan terasa nak sembang dengan mak pulak hari ni".

"Oh ye ke? Haa Din, ingat tak si Hafizah anak Pak Wan depan rumah tu? Dia dah nak nikah lepas raya ni".

"Haa, Din ingat dia mak. Dia nikah dengan siapa mak? Alahai, rugilah Din macam ni mak! Dah la lawa budaknya tu. Putih gebu kan dia mak? Din baru ingat nak masuk mengurat anak makcik Ani tu," kata Din sambil tergelak-gelak. Geli hatinya bila dia menyebut tentang hal mengurat anak dara jirannya.

"Padan muka kau Din. Mak dah suruh dari dulu lagi tapi kau tak nak. Asyik sibuk memanjang pasal belajar. Kau ni pulak Din, bila nak kahwinnya? Umur dah nak masuk 30. Nak jadi bujang lapuk ke?", soal orang tuanya.

"Bujang lapuk pun famous mak. Macam P Ramlee tu kan mak? Mak tak nak ke anak bujang mak ni jadi famous?" sambung Din mengusik ibunya.

"Haa..mak tak nak kau jadi macam P Ramlee. Nak kahwin, biar kahwin bini seorang. Kita nak berlaki berbini ni, biarlah kekal sampai akhir hayat bersama. Tak ada bercerai-berai," panjang pula ibunya menyambung 'ceramah'.

"Alah mak! Din ni, nak cari seorang pun payah gila. Ni kan pulak nak bertambah-tambah bininya. Lagi pun mak, siapalah nak ke Din ni. Muka macam getah sekerap!", jawab Din.

Dia tertawa terkekeh-kekeh di hujung corong telefon. "Engkau ni kalau pasal merepek, memang nombor satu. Dari kecik sampai ke besar! Eh Din, mak sakit perut lah. Mak nak ke bilik air ni".

"Alaah mak. Nantilah dulu. Erm mak, hari raya dah dekat ni. Din nak minta ampun kat mak. Mintak ampun sangat-sangat. Din tak dapat balik cuti beraya. Halalkan makan-minum Din selama ni. Din cuma nak cakap, Din rindu sangat nak jumpa mak. Din janji dengan mak, hujung tahun ni Din balik M'sia. Din nak bawa mak balik kampung, gi ziarah kubur ayah sama-sama. Ya mak, ya?" kata Din. Dia cuba sedaya upaya menahan perasaan hibanya.

"Mak tahu kau kerja kat sana, Din. Mak tak paksa kau balik. Kau ada tanggungjawab kau di sana. Kalau ada salah silap kau dengan mak, dah lama mak ampunkan. Kau kan anak mak juga, sama macam Along, sama macam Angah dan Hana. Kau jangan risau semua tu. Kerja elok-elok sana. Jaga diri baik-baik, jangan lengah-lengahkan sembahyang tu. Itu ajer pesan mak", panjang lebar ibunya beri nasihat.Ringan sedikit rasa hati Din.

Sejuk hatinya bila mendengar tiap pesanan dari ibunya."Eh Din, mak ni sakit perut ni! Mak pergi bilik air dulu! Bercakap dengan kau ni, memang takkan sudah," ujar ibunya lagi.

"Haa..ya lah mak. Din letak dulu ya mak? Selamat hari raya mak! Assalamualaikum," balas Din. Tup. Talian telefon sudah pun diputuskan. Din cuma menggelengkan kepalanya sahaja.


*****28 Ramadhan, 1420.

Din sudah pun mengemaskan segala pakaian yang bakal dia bawa pulang. Segala dokumen perjalanan sudah pun diurusi sebaik mungkin. Dia sempat membeli-belah pada hari semalam untuk dibawa pulang sebagai ole-ole untuk adik-beradiknya. Din pun tak lupa membeli beberapa selendang sutera sebagai hadiah untuk ibunya. Hatinya sudah tidak sabar untuk kembali ke Malaysia. Dia juga membawa pulang seorang temannya untuk diperkenalkan kepada ibu di rumah nanti. Din mahu restu dari maknya sebelum dia meneruskan hubungannya dengan 'kawan'nya itu.Resah sungguh hatinya ketika berada di Newark International Airport.

"Ya Allah, janganlah delay flight lagi macam dulu," ngomelnya sendirian.

"Hey Din, are you okay?". Din terkasima sebentar.

"Yeah, I'm cool here. It's just that I don't feel easy about this. It has been quite sometimes I've been away from my family. A bit anxious here though!", balasnya lembut.

Din tetap tersenyum memandang temannya itu. "By the way Din, did you tell your brother to fetch us at the airport", soal temannya lagi.

"Oh yeah, yup. I told Along to be there at 10 am. I'm pretty sure by then we should be over with the immigration...".

"Flight MH90 from Newark to Kuala Lumpur is ready for boarding. All passengers are required to provide the tickets and IDs. Passengers will be called upon through their seat numbers. Row 33 till...."

Din bingkas bangun dari tempat duduknya. Hatinya sudah berasa tidak sabar untuk tiba ke tanahair.

"Lisa, shall we?". Lisa menganggukkan kepalanya.

Mereka berjalan segera menyertai barisan para penumpang yang bersedia untuk menaiki kapal terbang MAS. Senyuman di wajah Din tidak lekang sejak dia mula sampai ke lapangan terbang. Di hatinya terbayang reaksi wajah ibunya tatkala dia tiba di rumah nanti.

"Mesti mak suka aku balik ni," katanya sendirian.

"Welcome to Malaysian Airlines sir, ma'am".

Sudah hampir 21 jam mereka berdua berada di dalam kapal terbang. Sebentar lagi penerbangan MH90 akan mendarat di Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Lumpur, Sepang. Pemandangan bandar Kelang yang berbalam-balam dari langit tinggi membuatkan Din semakin tidak sabar untuk mencecahkan kakinya semula ke tanah. Dari jauh lagi dia sudah nampak menara KLCC yang tersergam indah. Begitu juga dengan Menara Kuala Lumpur. Tidak berhenti-henti dari tadi Din menceritakan tentang kehebatan bangunan KLCC kepada Lisa. Lisa cuma tersenyum kelat. Ah, barangkali dia penat dalam kapal terbang. Terperenyuk di kerusi berjam-jam, siapa yang tidak akan lesu.

Berkaca-kaca mata Din apabila dia melihat pemandangan KLIA dari tepi tingkat. Hatinya terasa begitu rindu sekali untuk melihat suasana di ibukota nanti. Ingin sekali dia menghirup udara Kuala Lumpur setelah bertahun-tahun meninggalkannya.Setelah selesai menguruskan urusan paspot dengan Pegawai Immigresen, Din dan Lisa segera meninggalkan kaunter Immigresen dan bersiap untuk menunggu bagasi mereka. Selepas itu keduanya berjalan menuju ke Balai Ketibaan. Dari jauh lagi Din sudah dapat mengenal kelibat Along yang diam berdiri. Dia nampak Along tersenyum, tapi senyumannya tidak seceria seperti yang sepatutnya.

"Assalamualaikum. Lama ke tunggu kita orang?", tanya Din.

"Wa'alaikumsalam. Tak lama sangat. Dah, tak usah berlengah lagi. Kita balik rumah terus ya?" ujar Along.

"Eh nanti dulu. Ni, perkenalkan, Lisa," kata Din.

Along menganggukkan kepalanya seraya menatap wajah Lisa. Lisa tersenyum.

"Lisa, this is my brother, Along". "Assalamu'aleikum, nice to meet you," katanya. Along sedikit terkejut.

"Oh Long, dia saudara baru kita. Okay, cepatlah, orang pun tak sabar nak jumpa mak ni," ujar Din lagi.Riak wajah Along segera berubah.

"Hmm..marilah. Cepat sampai, cepat kita jumpa mak," jawab Along.

Setibanya mereka di rumah, Din merasa hairan apabila melihatkan ramai orang berkumpul di halaman rumahnya. Ramai pula yang berketayap dan bersongkok hitam berhimpun seolah-olah ada keramaian. Hatinya mulai berdebar dan rusuh sekali.Kedengaran suara orang ramai membaca surah Yasin. Dia segera memandang Lisa dan abang sulungnya. Lisa sendiri keliru.

"Along, kenapa ni? Ada apa kat rumah kita ni Long?". Din nampak Angah bersongkok sedang sibuk mengedarkan naskhah Yasin kepada orang ramai. Along berpaling dan memandang wajah Din.

"Lang, mak kita dah tak ada. Mak sakit tenat sejak dari malam tadi. Katanya perutnya sakit. Aku bawak mak pergi ke hospital tengah malam tadi," jelas Along. Nyata di wajahnya kemurungan yang teramat sangat.Sejuk kepala lutut Din mendengarkan berita itu. Bergetar seluruh tubuhnya seolah-olah tidak mahu menerima berita kematian ibunya.

"Mak sakit apa Long?". "Aku tak tahu. Doktor beritahu pagi tadi, perut mak ada banyak asid sampai berlubang dinding perutnya. Kata doktor lagi, mak lambat sangat dapatkan rawatan di hospital. Ulser di perut dia jadi makin parah. Aku cuba telefon kau malam tadi tapi tak dapat," jawap Along.

Belum sempat Along menghabiskan kata-katanya, Din sudah pun segera berlari masuk ke dalam rumah. Ditinggalkannya bagasi di luar begitu saja. Dia nampak sekujur tubuh ibunya terbaring di ruang tamu dengan ditutupi oleh sehelai kain batik jawa. Angah bangun segera dari tempat duduknya. Din terduduk di hujung kaki jenazah ibunya. Tak mampu lagi rasanya untuk dia berdiri lebih lama lagi. Pak Long datang menghampirinya dan cuba menenangkan keadaannya. Din bungkam seketika. Dia seperti keliru. Pak Long angkat sedikit hujung kain batik sehingga mendedahkan wajah pucat ibunya. Air mata segera terhambur keluar dari celah-celah kelopak mata Din.

"Mak..Din dah balik rumah ni. Kenapa mak pergi dulu? Sampai hati mak pergi dulu. Kenapa mak tak tunggu Din sampai rumah," Din memeluk jenazah arwah ibunya. Beberapa orang jirannya menyeka air mata mereka melihatkan ratapan Din.

"Mak, Din bawa bakal menantu Mak. Nama dia Lisa, mak. Dia berhajat sangat nak jumpa dengan mak," rintih Din sambil dia mencium-cium wajah lesu dan kaku ibunya. Lisa berdiri tegak di pintu rumah.

Dia sendiri mengalirkan air mata melihatkan keadaan Din meratap hiba kehilangan satu-satunya orang tuanya itu. Along segera meminta isteri Angah mendapatkan Lisa dan bawa dia masuk ke dalam bilik.

"Din, mak kita dah balik dijemput tuhan. Usah kita ratap-ratapkan lagi. Terseksa roh mak nanti, Din. Kita doakan arwah mak bahagia di sana," kata Along lembut.

Din masih lagi tersedu-sedu. Dadanya terasakan sesak hingga dia berasa sukar untuk bernafas.

"Din, kau banyak-banyakkan mengucap. Bawak bertenang Din," sambung Pak Long pula.

"Mak...Din minta ampun mak sebab Din tak bagitau mak yang Din nak balik. Din mintak ampun mak sebab Din tak beraya dengan mak lama dah," keluhnya lagi.

Perlahan-lahan Din melepaskan pelukannya. Along dan Angah memapah Din ke tepi. Jiran tetangganya mulai menyambung bacaan surah Yasin yang terhenti tadi. Angah hulurkan senaskhah surah Yasin kepadanya. Din menolak pemberian abangnya itu. Dia sendiri membacakan surah Yasin dengan tanpa dibantu bahan bacaan ayat suci Al Quran itu. Air matanya masih mengalir. Semakin lama semakin deras. Sesekali dia menyeka air matai yang membasahi pipinya. Hatinya hancur sekali apabila dia menyedari hakikat yang ibunya tidak dapat lagi bersamanya lagi. Tamat sudah tempoh emak di bumi Tuhan.Kini sudah dua tahun emaknya kembali ke alam baqa. Setiap kali Ramadhan tiba ke penghujungnya, Din berasa sayu sekali kerana terkenangkan arwah ibu yang kini bersemadi jauh di dasar bumi itu. Lisa, yang kini menjadi isterinya, sangat-sangat memahami keadaan hati suaminya.

"Honey, let's go home. It's about time to break our fast," sapanya lembut. Din berpaling menghadap isterinya, di pipinya masih lagi basah dengan air mata. Dia menatap kedua mata biru milik isterinya dan sejurus kemudian, dia bingkas bangun dan mendapatkan anaknya yang didukung oleh Lisa.

"Yeah sure. We better get home before maghrib comes in," katanya seraya menghadiahkan sebuah ciuman ke pipi Lisa. Mereka berdua berjalan bergandingan tangan lalu meninggalkan kawasan perkuburan yang terbiar sepi dan sunyi itu.

::kenangan::

::berlatar belakangkan taman tautan kasih abah n mak::


-Naziran(da Second), Azilah(da forth), Farah(new sister 2), Wani(new sister 3), n Ayu(new sister 1)-


bunga di taman



-with ayah long n mak long-



- da cousin -

Nak cari apa?

yang selalu duk click

::wanita::

DUHAI PUTERIKU.........
Keremajaanmu menyegarkan pandangan,
melimpahkan nyaman pada malam..
Cahaya keriangan di wajahmu adalah kilauan senjata yang menawan....
Madu yang menitiskan sarinya meresapkan manisnya dari bibir langsung ke hati adalah suara-suara lembut sang gadis...
Tertib dan sopanmu bagai hembusan angin yang menyamankan....

PUTERIKU.....
Dengan keremajaanmu...
kau bisa menakluk dunia dalam lalai dan leka
Tanpa kesedaran ....

DUHAI PUTERIKU....
Balikkanlah cermin di hadapanmu barang seketika ...
palingkanlah wajahmu barang sejenak...
Berkatalah dalam diri...
Kau bukan dilahirkan sebgai penggoda yang melekakan dunia...
Kesegaran dan kejelitaanmu adalah fana belaka..
Balutan gemerlap permata intan hanyalah hiasan...
Dongak dan lihatlah kerdipan bintang-bintang nun di langit...
Sedarlah...hidupmu ini hanya cebisan dari erti kehidupan...
Selamilah dasar hatimu dan bisiklah pada diri
Alangkah hinanya roh kita tanpa hiasan apa-apa...

PUTERIKU...
Berfikirlah untuk menjadi insan yang berguna agar seisi dunia merasakan rahmat kehadiranmu...
WAHAI PUTERI MUSLIMAH SEJATI ...
Salutilah tubuhmu dengan iman...
kerana ia sangat manis pada pandangan jua perhiasan...
Usah merasa resah lalu menyolek diri ...
inginkan wajah yang lebih indah...
Bersyukur dan berbahagialah dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT...

DUHAI MUSLIMAH TERPUJI...
Renung dan resaplah kekaguman serta kekuatan keyakinan bahawa hayatmu setiap detik di bawah naungan Allah SWT...
Kecintaan Ilahi melimpah dan melaut di segenap penjuru alam walaupun pada yang alpa erti kehidupan...

GADISKU...
Bersihkanlah hatimu...
kemanisan iman sukar dikecapi tanpa janji Tuhan...
Jannah itu bukan mimpi tapi realiti...
Dunia hanyalah persinggahan...
akhirat itu kekal abadi....

::Keindahan BersamaMu:: KBM

ssq