::bercinta sampai syurga::

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers Ops...minus 1 year =)

::our little sweetheart::

Lilypie - Personal pictureLilypie First Birthday tickers

Monday, September 14, 2009

::selamat hari raya::

Assalamualaikum buat diri-diri... moga terus dan senantiasa memuhasabah diri walau apa jua keadaan sekalipun, walau sedetik, walau sesaat masa berlalu... ianya mungkin sukar untuk permulaan...insyaallah, lama kelamaan akan menjadi kebiasaaan bak kata pepatah 'alah bisa tegal biasa'... alhamdulillah.. moga ramadhan 1430 H kali ini menjadi ramadhan yang lebih baik dari sebelumnya... baik dari sudut disiplin diri, pengurusan masa, pengendaliaan emosi dan kematangan pikiran... insya Allah... Alhamdulillah... jika sebelum ini diri ini sentiasa bersama teman-teman yang 'sehati-sejiwa, seirama-selagu' tapi ramadhan kali ini menguji diri untuk mandiri... menguji sejauh mana kefahaman dalam 'tarbiyah dzatiyah'... sangat menguji...


“Ketahuilah bahawa dalam setiap jasad itu ada seketul daging yang apabila ia baik maka baiklah
seluruh jasad dan apabila ia rosak, maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah ia adalah hati.”(Hadith
ke-6, Hadith 40 An-Nawawi)

::Salam kemenangan buat pemburu Keberkatan, Maghfirah dan KeredhaanNya ::
Ramadhan 1430 H


::depan umah mak teh 4, kg Amir::


Sama-sama menghayati satu kisah di bawah ini.... =) 
Hikayat Sang Pohon Cantik

Nun,di sebuah hutan belantara tumbuhlah sebatang pohon yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan jutaan pohon yang lainnya. Ia memiliki batang yang sangat lurus dan tegak, akarnya yang kukuh, serta aroma khasnya yang harum, semerbak, memenuhi seluruh isi hutan. Sehingga tidaklah menjadi hairan, ramai sekali para pencari kayu bakar yang merasa tertarik kepada pohon itu. Bahkan ramai yang berniat baik untuk turut memelihara keindahan pohon itu. Dengan senang hati mereka membiarkan pohon tersebut tetap tumbuh.
Sering kali mereka menyempatkan diri untuk menyiraminya dengan air yang diperoleh dari lubuk bening di pinggir hutan. Semua itu mereka lakukan dengan penuh harap agar suatu saat kelak, di alam yang mulai penuh dengan kerosakkan ini, Sang Pohon Cantik akan tumbuh dengan sejuta pesona. Memberikan warna perubahan bagi siapa saja, untuk lebih mencintai lingkungan mereka dan berhenti membuat kerosakan. Sementara bagi para penebang pohon yang liar, keberadaan pohon cantik itu sangatlah mengganggu. Mereka sedar, apabila pohon tersebut tumbuh dengan baik, maka akan banyak perhatian yang akan tertuju kepada hutan itu. Perhatian yang tentu saja membuat langkah mereka semakin sulit dalam membuat kerosakan di dalam hutan itu. Para penebang pohon yang liar itu berikrar, mereka akan memindahkan pohon cantik itu ke halaman rumah-rumah mereka.
Tetapi kalau tujuan itu tidak tercapai, maka mematikan pohon itu adalah cara terbaik yang harus mereka tempuh. Beruntung, pohon cantik tersebut mendapat penjagaan yang sangat rapi dari para pencari kayu bakar yang baik hati. Mereka secara bergiliran mengiring berjalan dengan sangat waspada agar pertumbuhan Sang Pohon terjaga . Selain itu, pohon tersebut rupanya memiliki akar yang dapat menumbuh dengan cepat. Sehingga sari-sari makanan yang ada dalam tanah dapat diserap dengan baik. Demikian juga dengan air yang ada, dapat digunakan oleh Sang Pohon untuk menampung kehidupannya. Dipendekkan cerita,pohon tersebut telah tumbuh besar, daunnya yang rimbun menghijau membuat mata tak lelah untuk memandang, dari dahan-dahannya lahir wangian semerbak harum yang menyeliputi seluruh hutan, dan satu lagi, pohon cantik tersebut memiliki buah yang sangat manis. Selain dapat menghilangkan dahaga, juga dapat mengenyangkan para penikmatnya. Terasalah berkah Sang Pencipta bagi para pencari kayu bakar, meskipun para penebang pohon yang liar masih saja mencari helah untuk selalu menghapuskan pohon itu.

Namun, demikianlah kudrat keberadaan setiap makhluk yang hidup dan tumbuh di atas muka bumi ini, tak satupun yang abadi! Tak terkecuali dengan keadaan pohon cantik yang disanjung para pencari kayu bakar dan seluruh penghuni hutan. Pada suatu petang, ketika langit mulai gelap, angin pun kencang berhembus. Pucuk pohon cantik bergoyang dengan hebatnya. Ia sekuat tenaga mengimbangi keadaan yang mana pada bila-bila masa boleh menumbangkannya. Sang Pucuk terus bergerak, awalnya hanya berniat untuk mempertahankan diri dari keadaan alam yang ia hadapi. Tetapi lama-kelamaan ia sedar, bahwa sebenarnya ia dapat mengatasi sepenuhnya serangan angin tersebut. Ia yakin benar telah ditampung oleh akar yang kuat, dan dahan-dahan yang kukuh, serta dedaunan yang dapat menahan laju dan kencangnya angin dengan sempurna. Kerana keyakinannya itulah tiba-tiba ia membuat sebuah gerakan yang tidak disangka-sangka oleh Sang Akar, yang sekuat tenaga mencengkam tanah.
Sang Pucuk menari, bukan hanya mengikut arah angin, namun terkadang ia membuat gerakan yang membingungkan Sang Akar dalam mempertahankan keseimbangannya. Dan, Sang Akar pun mengeluarkan bantahannya; "Hai, pucuk. Berhentilah menari! Aku bingung melihatmu!" "Kenapa mesti bingung, Akar? Aku tahu benar situasi yang ada. Ikut sajalah!" "Bagaimana aku hendak mengikuti tarianmu, kalau kamu susah diikuti" "Percayalah, akar. Aku diatas mampu melihat semuanya. Bukan hanya batang, daun, dan kau akarku sendiri. Tetapi jarak puluhan batu di sekeliling kita pun dapat aku lihat dengan jelas" "Hai, apa salahnya aku mengingatkanmu, pucuk?" "Kau salah akar, harusnya kau ikut saja apa kataku. Kerana posisimu di bawah, dan kau tidak tahu apa-apa tentang dunia ini!" "Aduhai…angkuh nian kau, pucuk! Kalaulah tak ada aku, mana mungkin kau dapat berdiri dan berada di atas sana!" "Sudahlah, kenapa kalian malah bertengkar, hah?!" Sang Daun menegahi suasana yang semakin panas. "Kerana dia mulai merasa angkuh, daun!" akar mengarahkan serabut akarnya kepada Sang Pucuk. "Apa urusanmu, akar?! Ikuti sajalah kataku, dan kau akan selamat" "Apakah kalian lupa, hah? Kalian itu saling memerlukan! Tidak akan ada kehidupan kalau tidak aku, kau, dan si akar itu. Sedarlah, saudaraku! kawanku!" Sang Daun kembali berkata-kata dengan perasaan yang sedih kerana pertelingkahan saudaranya sendiri.
Perdebatan demi perdebatan terus bergulir di antara keduanya. Sang Pucuk tidak merasa harus mengalah sedikit pun terhadap Sang Akar. Ia merasa bahawa ialah segalanya, dialah ketua kerana berada di tempat yang paling atas. Ia merasa ditakdirkan Tuhan untuk berada di atas dengan segala penglihatannya yang luas akan dunia ini. Ia merasa Tuhan telah memberikan kekuasaan mutlak kepadanya untuk berbuat sesuka hati. Sementara, Sang Akar merasa kecewa, Sang Pucuk telah mengambil langkah yang keliru dalam melaksanakan upaya menjaga kelangsungan hidup seluruh bagian pohon tersebut. Dan, Sang Daun yang berusaha meleraikan perdebatan itu pun tak berdaya menenangkan keduanya, meski ia tak pernah merasa lelah untuk mendamaikan perseteruan dua saudara satu tubuh itu. Waktu yang digariskan mungkin saja telah tiba, kerana perdebatan yang berlarutan itu, Sang Akar bermalas-malasan untuk menyerap air dan zat-zat yang dibutuhkannya.
Demikian juga Sang Daun, kerana kelelahan melerai perdebatan kedua saudaranya, ia lupa untuk mengolah makanan meskipun matahari terus bersinar sepanjang hari. Dan, Sang Pucuk rupanya semakin terlena. Ia tidak menyadari dua saudara dibawahnya sudah mengalami gangguan. Ia tetap berlenggok mengikuti arah angin dengan irama yang menghiburkan hatinya. Hingga tibalah saat di mana angin justeru berhembus dengan sangat perlahan. Sang Pucuk terlena kerana desirnya, ia merasa ngantuk dan ia biarkan gerakannya yang tidak beraturan, dan ia pun mulai terpejam. Terlelap dalam tidur yang tidak disedarinya, dan angin datang menyerang. Tubuhnya terkulai. Sang Daun yang lapar tidak berdaya menahan tubuh Sang Pucuk yang datang tiba-tiba. Ia ikut terjatuh. Sementara di bawah, Sang Akar yang bermalas-malasan tidak lagi memiliki cengkaman yang kuat terhadap tanah di sekelilingnya.
Sang Akar tidak berkuasa menahan tubuh kedua saudaranya yang terjatuh lebih dulu. Ia tercabut, bercerai-berai.Beginilah akhirnya kisah pohon cantik,sebuah cerita yang menyedihkan.Para pencari kayu bakar yang baik hati bermuram durja, sementara para penebang liar bergelak tawa, "Tak perlu kita robohkan, kawan. Mereka roboh sendiri kerana permusuhan…!! " "O, bahkan tak perlu angin yang kencang rupanya…….kasihan betul….." demikianlah kata penebang pohon yang liar. Dari sini saudara-saudaraku dapatkah kita mengambil sedikit iktibar dari cerita ini? Marilah kita jauhi permusuhan yang meleraikan silaturrahim antara kita, janganlah berdendam kerana dendam itu tidak membawa kedamaian.. saling hormat menghormati dan bersatu padulah kita agar syiar Islam dapat diteruskan dan digemilangkan.. dan agar kita tetap menjadi orang yang beriman.. InsyaAllah..

'Perumpamaan orang beriman yang berkasih sayang, dan saling rahmat merahmati dan di dalam kemesraan sesama mereka adalah seperti satu tubuh, apabila satu anggota mengadu sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasainya.'

p/s: apa kaitan ngan ramadhan n raya ya?... fikir2 kan.... =)

Saturday, September 5, 2009

::ilmu itu seperti hujan::




‏حَدَّثَنَا ‏ ‏أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ‏ ‏وَأَبُو عَامِرٍ الْأَشْعَرِيُّ ‏ ‏وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ ‏ ‏وَاللَّفْظُ ‏ ‏لِأَبِي عَامِرٍ ‏ ‏قَالُوا حَدَّثَنَا ‏ ‏أَبُو أُسَامَةَ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏بُرَيْدٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏أَبِي بُرْدَةَ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏أَبِي مُوسَى ‏ ‏عَنْ النَّبِيِّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏إِنَّ مَثَلَ مَا ‏ ‏بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ ‏ ‏غَيْثٍ ‏ ‏أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَ مِنْهَا ‏ ‏أَجَادِبُ ‏ ‏أَمْسَكَتْ ‏ ‏الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا مِنْهَا وَسَقَوْا وَرَعَوْا وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ ‏ ‏قِيعَانٌ ‏ ‏لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ بِمَا ‏ ‏بَعَثَنِيَ اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ ‏


Disebutkan dalam shahih Al Bukhari dan Muslim hadits dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiallohu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Alloh kepada ku seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak. Ada bumi yang keras yang menahan air kemudian dengannya Alloh memberi manfaat kepada manusia. Mereka meminum dari air tersebut, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput.

Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Alloh kemudian mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. Ia belajar dan mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak bisa diangkat kedudukannya oleh petunjuk Alloh, dan tidak menerima petunjuk Alloh yang aku di utus dengannya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim)

Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam mengumpamakan ilmu dan petunjuk yang beliau bawa seperti air hujan, karena masing-masing dari ketiganya (ilmu, petujuk, dan hujan) mendatangkan kehidupan, makanan, obat-obatan, dan seluruh kebutuhan manusia yang lain.


Semua itu didapatkan dengan ilmu dan hujan.Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam mengumpamakan hati manusia seperti tanah yang mendapatkan siraman air hujan, Karena tanah adalah tempat yang menahan air hujan kemudian menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat, sebagaimana hati yang memahami ilmu, maka ilmu tersebut berbuah didalamnya, berkembang, terlihat keberkahannya dan buahnya.Kemudian Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam mengelompokkan manusia dalam tiga kelompok sesuai dengan peneriaman mereka, dan kesiapan mereka menghafal ilmu, memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya , hikmah-hikmahnya dan manfaat-manfaatnya;

Pertama, orang yang mampu menghafal ilmu dan memahaminya. Mereka memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya , hikmah-hikmahnya dan manfaat-manfaatnya. Mereka seperti tanah yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak. Pemahananya terhadap agama, dan istimbath hukum adalah seperti tumbuhnya rumput dengan air.

Kedua, orang yang mampu menghafal ilmu, menjaganya, menyebarkannya, dan mengendalikannya, namun tidak mampu memahami makna-maknanya mengeluarkan hukum-hukumnya , hikmah-hikmahnya dan manfaat-manfaat dari ilmunya tersebut. Mereka seperti orang yang manpu membaca Al Qur’an, menghafalnya, memperhatikan makhrojul huruf (tempat keluarnya huruf), dan harkat-nya, namun tidak dianugrahkan pemahaman yang khusus oleh Alloh, seperti dikatakan Ali Radhiallohu ‘anhu, “Kecuali pemahaman yang diberikan Alloh kepada hamba-Nya di dalam kitab-Nya.”Tingkatan pemahaman manusia tentang Alloh Ta’ala , dan Rasul-Nya itu tidak sama. Terkadang ada orang cuma mampu memahami satu atau dua hukum dari satu dalail, sedangkan orang lain mampu memahami seratus atau duaratus hukum dari dalil yang sama.Mereka seperti tanah yang mampu menahan (menyimpan) air untuk manusia kemudian mereka mendapat manfaat darinya. Ada yang minum dari padanya, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam dengannya.


Kedua kelompok diatas adalah kelompok orang-orang yang berbahagia. Kelompok pertama adalah kelompok yang paling tinggi derajatnya dan kebesarannya dari seluruh kelompok-kelompok manusia yang ada. Alloh Ta’ala berfirman,“Itulah karunia Alloh yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alloh mempunyai karunia yang sangat besar.” (Al Jumu’ah: 4)


Ketiga, orang-orang yang tidak mendapatkan sedikit pun ilmu; baik hafalan atau pemahaman, atau periwayatan. Mereka seperti tanah lembah yang tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menahan (menyimpan) air. Mereka adalah kelompok orang-orang celaka.Kelompok pertama dan kelompok kedua mempunyai ilmu dan mengajarkannya sesuai dengan ilmu yang diterimanya dan sampai padanya, sedang kelompok pertama mengajarkan makna-makna Al Qur’an, hukum-hukumnya, dan ilmu-ilmunya.Sedang kelompok ketiga, mereka tidak mempnyai ilmu apalagi mengajarkannya, mereka tidak bisa “diangkat” dengan petunjuk Alloh, dan tidak menerimanya.


Mereka lebih sesat dari hewan ternak, dan mereka adalah bahan bakar neraka.Hadits mulia diatas memuat kemulian ilmu, pengajarannya, posisinya, dan kecelakaan orang yang tidak mempunyai ilmu.Hadits diatas juga mengklasifikasi manusia menurut barometer ilmu ke dalam dua kelompok; kelompok orang-orang celaka dan kelompok orang-orang bahagia, dan mengklasifikasi kelompok orang-orang bahagia ke dalam dua kelompok; kelompok pemenang yang didekatkan kepada Alloh dan kelompok kanan yang pertengahan.Ini menjadi bukti, bahwa kebutuhan manusia kepada ilmu itu seperti kebutuhan mereka kepada hujan, bahkan lebih besar lagi. Jika mereka tidak memiliki ilmu, mereka tak ubahnya seperti tanah yang tidak mendapatkan hujan.


Imam Ahmad berkata. “Kebutuhan manusia terhadap ilmu itu lebih besar daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman, Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam satu hari, sedangkan ilmu itu dibutuhkan sebanyak jumlah nafas.”Alloh Ta’ala berfirman,“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil.” (Ar Ra’du: 17)


Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengumpamakan ilmu yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya seperti air yang Dia turunkan dari langit, karena masing-masing dari ilmu dan air hujan mendatangkan kehidupan dan kemaslahatan bagi manusia di dunia dan akhirat mereka.Alloh Ta’ala juga mengumpamakan hati manuia seperti lembah. Hati yang besar yang mampu menampung ilmu yang banyak adalah seperti lembah besar yang mampu menampung air yang banyak, dan hati yang kecil yang hanya mampu menampung ilmu yang sedikit adalah seperti lembah kecil yang hanya mampu menampung air yang sedikit.

Alloh Ta’ala berfirman, “Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.” Itulah perumpamaan yang dibuat Alloh Ta’ala tentang ilmu, bahwa jika ilmu itu telah bercampur dengan hati, maka ilmu mengeluarkan buih syubhat yang batil dari hati kemudian buih syubhat mengapung di permukaan hati, sebagaimana arus di lembah mengeluarkan buih yang mengapung di atas permukaan air.


Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa buih itu mengapung, berada di atas permukaan air, dan tidak menenpel kuat di tanah lembah. Dekian juga syubhat-syubhat yang batil. Jika ia telah diusir oleh ilmu dari dalam hati, ia pun mengapung dipermukaan hati, tidak menetap didalamnya, bahkan kemudian pada tahap berikutnya terbuang, dan yang menetap didalam hati ialah apa yang bermanfaat bagi pemiliknya dan manusia secara umum, yaitu petunjuk dan agama yang benar, sebagaimana yang menetap di dalam lembah ialah air murni, sedang buihnya musnah karena tidak ada harganya.

Tidak ada yang memahami perumpamaan-perumpamaan Alloh Ta’ala kecuali orang-orang yang berilmu.Alloh Ta’ala membuat perumpamaan yang lain dengan berfirman, “Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.” Maksudnya, bahwa jika manusia membakar benda-benda padat seperti emas, perak, tembaga, dan besi, maka benda-benda tersebut mengeluarkan kotoran dalam bentuk buih yang sebelumnya menyatu dengannya. Buih kotoran tersebut dibuang dan dikeluarkan, sedang yang tersisa adalah perhiasan asli saja.Alloh Subhanahu wa Ta’ala membuat perumpamaan berupa air, karena ia memberi kehidupan, mendinginkan (menyegarkan), dan mengandung manfaat-manfaat yang banyak sekali.

Alloh Ta’ala juga membuat perumpamaan berupa api, kerena api mengandung cahaya, dan membakar apa saja yang tidak bermanfaat. Jadi ayat-ayat Al Qur’an itu menghidupkan hati sebagaimana tanah dihidupkan dengan air. Ayat-ayat Al Qur’an kotoran-kotoran hati, syubhat-syubhatnya, syahwat-syahwatnya, dan dendam kesumatnya sebagaimana api membakar apa saja yang dimasukkan kedalamnya, selain itu ayat-ayat Al Qur’an juga membedakan mana yang baik dari yang buruk sebagaimana api membedakan mana yang buruk dan mana yang baik yang ada pada emas, perak, tembaga, dan lain sebagainya.Inilah sebagaimana ibrah dan ilmu yang ada dalam perumpamaan yang agung di atas.


Alloh Ta’ala berfirman,“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahami kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al Ankabut: 43)

Sumber: Buah Ilmu, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Pustaka Azzam, hal 36-40

Alhamdulillah ya Allah... atas kurniaan dan anugerah yang telah engkau berikan... moga diri ini dan kalian juga berada dibawah lembayungnya...

::dilema pilihan::


(Dikutip dari buku “Di Jalan Dakwah Aku Menikah”, karya Cahyadi Takariawan)

Nafsu syahwat itu seperti air bah yang turun dari puncak gunung. Barang siapa berdiri menghadangnya, maka ia akan diterjang dan dilumatkan. Barang siapa membiarkannya, maka ia bakal memporakporandakan negeri dan memusnahkan umat manusia.Orang yang berakal sehat tentu akan membuat jalan untuknya, menggali tanah sedalam-dalamnya dan mengalirkan air bah itu ke sana. Inilah yang diperbuat Islam


Di jalan apakah anda menikah? Terbentang pula dengan lurus dan amat luas jalan dakwah. Jalan para Nabi dan syuhada, jalan orang-orang saleh, jalan para ahli surga yang kini telah bercengkerama di taman-tamannya:



Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf:108 )


Hadzihi sabili, inilah jalanku, yakni ad’u ilallah, aku senantuasa mengajak manusia kepada Allah. Fi’il mudhari’ yang digunakan pada kalimat ad’u ilallah semakin menegaskan bahwa dakwah adalah pekerjaan yang sedang dan akan terus-menerus dilakukan kaum muslimin, yaitu ana, Rasulullah saw, wamanittaba’ani dan orang-orang yang mengikuti Rasullullah saw sampai akhir zaman nanti.

Inilah jalanku, yaitu jalan dakwah, jalan yang membentang lurus menuju kebahagiaan dan kepastian akhir. Jalan yang dipilihkan Allah untuk para Nabi, dan orang-orang yang setia mengikuti mereka. Jalan inilah yang menghantarkan Nabi saw menikahi istri-istrinya. Jalan ini yang mengantarkan Ummu Sulaim menerima pinangan Abu Thalhah. Jalan yang menyebabkan bertemunya Ali r.a dan Fatimah az-Zahra dalam sebuah keluarga.

Di jalan dakwah itulah Nabi saw menikahi Ummahatul Mukminin. Di jalan itu pula para sahabat Nabi menikah. Di jalan dakwah itulah orang-orang saleh membina rumah tangga. Jalan ini menawarkan kelurusan orientasi, bahwa pernikahan adalah ibadah. Bahwa berkeluarga adalah salah satu tahapan dakwah untuk menegakkan kedaulatan di muka bumi Allah.

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Al-An’am:153)


Menikah di jalan dakwah akan mendapatkan keberuntungan. Di jalan ini para sahabat Nabi melangkah, di jalan ini mereka menikah, di jalan ini pula mereka meninggal sebagai syahid dengan kematian yang indah. Jalan yang tak pernah memberikan kerugian. Justru senantiasa menjadi invesatasi masa depan yang menguntungkan di dunia maupun akhirat.


Di jalan ini kecenderungan ruhiyah amat mendapat perhatian, akan tetapi tidak mengabaikan segi-segi materi. Di jalan ini setan terkalahkan oleh orientasi Rabbani, dan menuntun prosesnya, dari awal sampai akhir, senantiasa memiliki kontribusi terhadap kebaikan dan umat.


Sejak dari persiapan diri, pemilihan jodoh, peminangan, akad nikah hingga walimah dan hidup satu rumah. Tiada yang dilakukan kecuali dalam kerangka kesemestaan dakwah.“Seandainya seseorang dianugerahi harta Qorun dan fisik Hercules. Lalu dihadiahkan di hadapannya 1000 perempuan jelita berikut segala keistimewaannya, niscaya dia tidak pernah berjumpa dengan kepuasan”

Bagaimana lagi jawapan yang harus diberikan untuk setiap pertanyaaan...

::Tombo Ati::


Tombo Ati, sebuah lagu spritual yang dipopularkan kembali oleh Opick, terngiang-ngiang kini dalam lagu memberikan peringatan kepada kita semua. Bagi orang Jawa di pedesaan khususnya di kalangan orang-orang mengaji pondok, mereka sebenarnya sudah biasa mendengarkan lagu Tombo Ati. Tetapi bagi orang Melayu, lagu Tombo Ati relatif masih baru, kalau tidak boleh dibilang masih asing. Dari literatur di Internet didapati informasi bahwa lagu Tombo Ati dikarang oleh Sunan Bonang, salah seorang Walisongo. Tombo Ati artinya “Hiburan Hati”, “Obat Hati”, dan sebagainya.

Tombo Ati


Syair Tombo Ati sangat sarat dengan makna. Begini syair lagunya:


tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindho sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah njembatani
obat hati ada lima perkaranya
yg pertama, baca Qur’an dan maknanya
yang kedua, sholat malam dirikanlah
yg ketiga, berkumpullah dengan orang sholeh
yg keempat, perbanyaklah berpuasa
yg kelima, dzikir malam perpanjanglah
salah satunya siapa bisa menjalani
moga-moga Gusti Allah mencukupi


Lima pesan Tombo Ati itulah jawaban yang selama ini dicari-cari oleh orang-orang yang ingin hatinya tenteram. Ketenangan jiwa obatnya ternyata tidak harus pergi ke tempat-tempat yang jauh atau menjauhi keramaian dengan semata bepergian di tempat yang sunyi, dan sebagainya. Obatnya ada pada diri kita sendiri, yaitu dengan melakukan 5 hal:


1. Baca Quran dan pahami maknanya


Berapa kali kita baca Quran dalam sehari? dalam seminggu? dalam sebulan? Ataukah Al-quran itu hanya sebagai barang berharga yang tersimpan di lemari tanpa pernah membukanya?


Inilah kedamaian jiwa bagi mereka yang beriman yakni apabila membaca Al-Quran terngiang-ngiang nikmat Allah, janji Allah dan juga larangan dan perintahnya. Mereka bersara yakin dengan setiap langkah selepas membaca kerana inilah kitab panduan Al-Baqarah 2:2


2. Mendirikan shalat malam (tahajjud)


Untuk mendidik jiwa generasi Al-Quran yang unik 1400 tahun dahulu di Mekah, mereka telah di wajibkan Qiamullail selama setahun. AKhirnya terbukti, merekalah permata-permata yang telah membuka pekung kegelapan jahiliyyah kepada cahaya Islam.


3. Berkumpul dengan orang shaleh


Berkumpul dengan orang-orang yang selalu menegakkan agama sangat berbeza rasanya dengan orang-orang yang sekuler dan jahil dengan hal-hal yang berbau agama. Bagi kelompok terakhir ini ajaran agama dianggap sebagai belenggu kebebasan. Selalu berada di dekat orang-orang yang rajin shalat, pemurah, selalu berzikir, dan menampakkan wajah yang teduh, membuat hati kita tentram, kerana aura kesholehan orang-orang itu memancar pula ke diri kita.


4. Perbanyaklah berpuasa


Tidak kira puasa sunat Isnin-Khamis @ Puasa Nabi Daud semua merupakan sarana mendidik jiwa. Hinggakan Nabi saw. pernah berpesan kepada para pemuda Islam yang tidak mampu berkahwin untuk menjaga dirinya dengan berpuasa !


5. Berlama-lama dengan zikir malam


Zikir malam @ tgk bola / lepas di waktu malam yang menenangkan. Zikirlah senjata bagi orang yang beriman.


Moga-moga kita di berikan kekuatan untuk menggapai redhonya

Nak cari apa?

yang selalu duk click

::wanita::

DUHAI PUTERIKU.........
Keremajaanmu menyegarkan pandangan,
melimpahkan nyaman pada malam..
Cahaya keriangan di wajahmu adalah kilauan senjata yang menawan....
Madu yang menitiskan sarinya meresapkan manisnya dari bibir langsung ke hati adalah suara-suara lembut sang gadis...
Tertib dan sopanmu bagai hembusan angin yang menyamankan....

PUTERIKU.....
Dengan keremajaanmu...
kau bisa menakluk dunia dalam lalai dan leka
Tanpa kesedaran ....

DUHAI PUTERIKU....
Balikkanlah cermin di hadapanmu barang seketika ...
palingkanlah wajahmu barang sejenak...
Berkatalah dalam diri...
Kau bukan dilahirkan sebgai penggoda yang melekakan dunia...
Kesegaran dan kejelitaanmu adalah fana belaka..
Balutan gemerlap permata intan hanyalah hiasan...
Dongak dan lihatlah kerdipan bintang-bintang nun di langit...
Sedarlah...hidupmu ini hanya cebisan dari erti kehidupan...
Selamilah dasar hatimu dan bisiklah pada diri
Alangkah hinanya roh kita tanpa hiasan apa-apa...

PUTERIKU...
Berfikirlah untuk menjadi insan yang berguna agar seisi dunia merasakan rahmat kehadiranmu...
WAHAI PUTERI MUSLIMAH SEJATI ...
Salutilah tubuhmu dengan iman...
kerana ia sangat manis pada pandangan jua perhiasan...
Usah merasa resah lalu menyolek diri ...
inginkan wajah yang lebih indah...
Bersyukur dan berbahagialah dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT...

DUHAI MUSLIMAH TERPUJI...
Renung dan resaplah kekaguman serta kekuatan keyakinan bahawa hayatmu setiap detik di bawah naungan Allah SWT...
Kecintaan Ilahi melimpah dan melaut di segenap penjuru alam walaupun pada yang alpa erti kehidupan...

GADISKU...
Bersihkanlah hatimu...
kemanisan iman sukar dikecapi tanpa janji Tuhan...
Jannah itu bukan mimpi tapi realiti...
Dunia hanyalah persinggahan...
akhirat itu kekal abadi....

::Keindahan BersamaMu:: KBM

ssq